Sabtu, 07 Juni 2014


Pelajar yang Tidak Biasa

Dahulu istilah “ ketidakmampuan “ ( Disability ) dan “ cacat “ ( Handicap ) dapat dipakai secara bersama – sama, namun kini kedua istilah itu debedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
Para pendidik atau guru lebih sering menggunakan istilah “ children with disabilities “ ( anak yang menderita gangguan / ketidakmampuan ) ketimbang dengan “ disable children “ ( anak cacat ). Tujuannya ialah untuk memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi disebut sebagai “ handicapped “ ( penyandang cacat ), walaupun istilah handicapping condition itu masih dugunakan untuk mendeskripsikan kondisi hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.
Kita dapat mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan ( disorder ) sebagai berikut : Gangguan organ indra ( sensory ), gangguan fisik, retadasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar ( learning disorder ), attention deficit hyperactivity, dan gangguan emosional dan perilaku.
1.     Gangguan indra
Gangguan indra adalah gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
ü  Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan adalah dimana murid sering memicingkan mata, membaca dengan jarak yang terlalu dekat, sring mengucek-ucek mata, dan sering mengeluh dengan penglihatan yang kabur atau suram, maka suruh mereka untuk memeriksakan diri. Tapi, ada segelintiran murid ( sekitar 1  dari 1000 murid ) menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak pada penglihatannya. Dimana murid tesebut termasuk dalam penderita low vision dan murid buta.
Anak yang menderita low vision itu mempunyai jarak pandang antara 20/70 dan 20/200 ( pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah 20/20 ) apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision juga dapat membaca buku dengan huruf besar – besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak yang “ buta secara educational “ ( educationally blind ) ialah tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Kira-kira 1 dari 3000 anak tergolong dalam educationally blind.  Dan hampir setengah dari anak jenis ini dilahirkan telah dalam keadaan buta dan sepertiganya mengalami kebutaan di tahun – tahun awal kehidupan mereka. Namun, banyak diantara anak yang buta ini mempunyai kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas ( seperti sentuhan atau pendengaran ) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik.
ü  Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak – anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jika kita melihat anak yang menempelkan teliganya ke speaker, sering meminta pengulangan penjelasan, tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga dan, atau sering mengeluh sakit telinga, dingin atau alergi, suruh mereka memeriksakan diri ke ahli THT.
Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu Pendekatan oral dan Pendekatan manual. Pendekatan oral ialah menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading ( menggunakan alat visual untuk mengajar membaca ), dan sebagainya. Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan melambangkan kata dan mengeja jari ( finger spelling ).  Bahasa isyarat adalah system gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengajaran jari adalah “ mengeja “ setiap kata dengan memindai setiap huruf dari suku kata.


2.     Gangguan Fisik
Gangguan fisik adalah gangguan ortopedik seperti gangguan karena cedera otak ( cerebral palsy ), dan gangguan kejang – kejang ( seizure ). Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan psikoterapi khusus.
3.     Retadasi Mental
Retadasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya keceedasan ( biasanya nilai IQ – nya di bawah 70 ) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari – hari. Ciri utama retadasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual.
4.     Gangguan Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa adalah sejumlah masalah problem bicara ( seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan ) dan problem bahasa ( kesulitan menerima informasi dan bahasa ekspresif ).
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif atau bahasa ekspresif anak.
5.     Attention deficit hyperactivity disorder ( ADHD )
Attention deficit hyperactivity disorder ( ADHD ) adalah gangguan ketidakmampuan dimana anak secara konsisten menunjukkan satau atau lebih cirri-ciri berikut : kurang perhatian, hiperaktif, dan implusif.
6.     Gangguan Perilaku dan Emosional
Gangguan perilaku dan emosional adalah problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan karakteristik sosio – emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar