Pelajar yang Tidak Biasa
Dahulu istilah “ ketidakmampuan “ ( Disability ) dan “ cacat “ (
Handicap ) dapat dipakai secara bersama – sama, namun kini kedua istilah itu
debedakan. Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi
kemampuan seseorang. Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada
seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi ini boleh jadi disebabkan oleh
masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri.
Para pendidik atau guru lebih sering menggunakan istilah “ children
with disabilities “ ( anak yang menderita gangguan / ketidakmampuan )
ketimbang dengan “ disable children “ ( anak cacat ). Tujuannya ialah
untuk memberikan penekanan pada anaknya, bukan pada cacat atau
ketidakmampuannya. Anak-anak yang menderita ketidakmampuan juga tidak lagi
disebut sebagai “ handicapped “ ( penyandang cacat ), walaupun istilah handicapping
condition itu masih dugunakan untuk mendeskripsikan kondisi hambatan
belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidakmampuan.
Kita dapat mengelompokkan ketidakmampuan dan gangguan ( disorder
) sebagai berikut : Gangguan organ indra ( sensory ), gangguan
fisik, retadasi mental, gangguan bicara dan bahasa, gangguan belajar ( learning
disorder ), attention deficit hyperactivity, dan gangguan emosional
dan perilaku.
1. Gangguan indra
Gangguan indra adalah gangguan atau kerusakan penglihatan dan
pendengaran.
ü Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan adalah dimana murid sering memicingkan mata,
membaca dengan jarak yang terlalu dekat, sring mengucek-ucek mata, dan sering
mengeluh dengan penglihatan yang kabur atau suram, maka suruh mereka untuk
memeriksakan diri. Tapi, ada segelintiran murid ( sekitar 1 dari 1000 murid ) menderita gangguan visual
serius dan dikategorikan rusak pada penglihatannya. Dimana murid tesebut
termasuk dalam penderita low vision dan murid buta.
Anak yang menderita low vision itu mempunyai jarak pandang
antara 20/70 dan 20/200 ( pada skala Snellen dimana angka normalnya adalah
20/20 ) apabila dibantu lensa korektif. Anak low vision juga dapat
membaca buku dengan huruf besar – besar atau dengan bantuan kaca pembesar. Anak
yang “ buta secara educational “ ( educationally blind ) ialah
tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan
pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Kira-kira 1 dari 3000 anak tergolong
dalam educationally blind. Dan
hampir setengah dari anak jenis ini dilahirkan telah dalam keadaan buta dan
sepertiganya mengalami kebutaan di tahun – tahun awal kehidupan mereka. Namun, banyak
diantara anak yang buta ini mempunyai kecerdasan normal dan berprestasi secara
akademik apabila diberi dukungan dan bantuan belajar yang tepat.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita
gangguan atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas ( seperti
sentuhan atau pendengaran ) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik.
ü Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak
yang tuli secara lahir atau menderita tuli saat masih anak – anak biasanya
lemah dalam kemampuan berbicara dan bahasanya. Jika kita melihat anak yang
menempelkan teliganya ke speaker, sering meminta pengulangan penjelasan,
tidak mengikuti perintah, atau sering mengeluh sakit telinga dan, atau sering
mengeluh sakit telinga, dingin atau alergi, suruh mereka memeriksakan diri ke
ahli THT.
Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah
pendengaran terdiri dari dua kategori yaitu Pendekatan oral dan Pendekatan
manual. Pendekatan oral ialah menggunakan metode membaca gerak bibir, speech
reading ( menggunakan alat visual untuk mengajar membaca ), dan sebagainya.
Pendekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan melambangkan kata dan
mengeja jari ( finger spelling ). Bahasa isyarat adalah system gerakan tangan
yang melambangkan kata. Pengajaran jari adalah “ mengeja “ setiap kata dengan
memindai setiap huruf dari suku kata.
2. Gangguan Fisik
Gangguan fisik adalah gangguan ortopedik seperti gangguan karena
cedera otak ( cerebral palsy ),
dan gangguan kejang – kejang ( seizure ). Banyak anak yang mengalami
gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan pelayanan khusus, seperti
transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan sekolah, dan pelayanan
psikoterapi khusus.
3.
Retadasi
Mental
Retadasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai
dengan rendahnya keceedasan ( biasanya nilai IQ – nya di bawah 70 ) dan sulit
beradaptasi dengan kehidupan sehari – hari. Ciri utama retadasi mental adalah
lemahnya fungsi intelektual.
4.
Gangguan
Bicara dan Bahasa
Gangguan bicara dan bahasa adalah sejumlah masalah problem bicara (
seperti gangguan artikulasi, gangguan suara, dan gangguan kefasihan ) dan
problem bahasa ( kesulitan menerima informasi dan bahasa ekspresif ).
Gangguan bahasa adalah kerusakan signifikan dalam bahasa reseptif
atau bahasa ekspresif anak.
5.
Attention
deficit hyperactivity disorder ( ADHD )
Attention deficit hyperactivity disorder ( ADHD ) adalah gangguan
ketidakmampuan dimana anak secara konsisten menunjukkan satau atau lebih cirri-ciri
berikut : kurang perhatian, hiperaktif, dan implusif.
6.
Gangguan
Perilaku dan Emosional
Gangguan perilaku dan emosional adalah problem serius dan terus
menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi, depresi, ketakutan yang
berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan juga berhubungan dengan
karakteristik sosio – emosional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar